Posts

Showing posts from April, 2010

2 Buku yang Akan Mengubah Cara Pandang Anda Terhadap Masa Depan

Jujur saja, ini 2 buku pertama yang benar-benar mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan. Saya baru membacanya ketika sudah SMA kelas X kemarin, atas referensi dari sahabat ya Mas Syamsul Alam . Dan lucunya, saya membacanya dari buku kedua dulu baru buku pertama (red: buku ini berseri). Tapi untungnya, Robert T. Kiyosaki menyusun buku ini untuk enak dan mudah dinikmati dari seri manapun dulu. Jadi dibuku keduanya, Kiyosaki juga menjelaskan konsep-konsep dasar yang harus dipahami untuk dapat mengerti isi bukunya. Sudah tahu apa bukunya? Anda benar! Rich Dad Poor Dad dan The Cashflow Quadrant. Rich Dad Poor Dad Kita mulai dari buku pertama dulu ya. Di buku ini, Kiyosaki mengisahkan bagaimana masa kecilnya belajar bisnis bersama sahabatnya Mike. Mereka menjadikan ayah Mike yang pengusaha menjadi mentor mereka. Beliaulah yang akhirnya menjadi ayah kaya Robert Kiyosaki. Sedangkan ayah kandungnya yang seorang pegawai negeri disebut Kiyosaki sebagai ayah miskinnya. Lalu apa perbed

Facing the Giants

Sudah pernah nonton film Facing the Giants? Jika belum, saya sangat menyarankan Anda untuk segera membeli VCDnya dan menontonnya bersama orang-orang terkasih Anda (sahabat, kakak, adik, atau orang tua). Kenapa? Karena banyak nilai dan pembelajaran yang akan Anda dan orang-orang terkasih Anda dapatkan dari film ini. Dari kacamata saya pribadi, berikut ini beberapa nilai yang bisa saya pelajari dari film tentang futbal ini. Pertama, saya terkesan dengan kasih sayang yang diberikan oleh Brooke Taylor, istri Grant Taylor, kepada suaminya, sang pelatih tim futbal Shiloh Eagle. Dia begitu setia dan sabar memberikan dukungan dan semangat kepada suaminya yang sedang ditimpa banyak masalah. Tim futbal yang sudah dilatih suaminya selama 6 tahun belum pernah sekalipun mendapatkan kemenangan. Itu membuat para petinggi sekolah dan wali murid dari para siswa yang tergabung dalam club resah. Mereka mengadakan rapat tersembunyi untuk membahas hal itu. 2 asisten sekaligus sahabat Grant juga ikut da

Resensi Buku Financial Revolution by Tung Desem Waringin

Bagi Anda yang pemula dalam bidang keuangan seperti saya, buku ini akan sangat mengejutkan dan membuat jatung Anda berdebar saat membacanya, serta bibir Anda tersenyum puas ketika mengetahui ilmu-ilmu ‘rahasia’ yang digunakan para pemenang finansial dibeberkan Pak Tung Desem Waringin dengan gamblangnya. Pak Tung memang tidak pelit. Bahkan bisa dibilang beliau ini sangat baik sekali karena bersedia mensarikan ilmu yang beliau dapat dari sekian ribu buku yang beliau baca dan seminar yang telah beliau hadiri. Coba bayangkan betapa tidak ternilainya itu dibanding dengan harga jual yang beliau bandrol untuk buku plus CD audio Financial Revolution ini yang cuma Rp 125.000 (hardcover). Dari segi isi, buku ini cukup mudah dipahami, praktis dan aplikatif. Pak Tung sengaja merancang buku ini disertai dengan tugas pada akhir setiap bab untuk memastikan bahwa siapapun yang mempelajari buku ini mendapatkan manfaat secara langsung. Agar tidak menjadi seorang yang no action read only. Well, seb

Resensi Buku To Bee or Not to Bee by John Penberthy

Buku fiksi To Bee or Not to Bee ini berisi sebuah cerita keren tantang perjalanan Buzz Bee, seekor lebah yang mencari Tuhan dan mencoba mengerti arti kehidupan. Buzz Bee dikisahkan adalah seekor lebah yang bosan menjalani aktifitas sehari-harinya sebagai lebah pekerja, yaitu mencari madu. Suatu ketika Buzz Bee bertemu dengan Bert, seorang tua yang bijak di sebuah sungai. Mereka berkenalan, dan Buzz pun belajar banyak dari lebah tua bijak tersebut tentang kehidupan. Tapi, belum semua yang ingin Buzz pelajari tuntas, Bert meninggal karena keadaan fisiknya yang sudah tidak memungkinkan. Buzz sedih karena harus kehilangan sahabat terbaiknya. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Sebaiknya Anda baca sendiri ya. Supaya benar-benar mengena apa yang ingin disampaikan penulis dalam cerita ini. Overall, buku ini bagus sekali untuk kita semua yang sudah bosan hidup begitu-begitu saja, tanpa pengertian dan tujuan yang jelas. Yang juga sudah rada bosan membaca buku motivasi atau pengembangan diri ‘mur

Jalan-jalan ke Kawah Ijen

Image
Jalan-jalan (baca: rekreasi) ke Kawah Ijen sepertinya bakalan jadi hal yang sangat menyenangkan bagi Ilham, Robi, dan saya saat itu. Dengan hanya bermodalkan petunjuk jalan dari teman-teman serta keinginan untuk melepas penat dan menikmati keindahan bumi Banyuwangi, kami bertiga berangkat dengan 2 motor , jam 03.30 pagi dari Genteng ke Banyuwangi. Setelah melakukan perjalanan panjang dan dingin (hingga tangan kami rasanya seperti membeku), kami sampai di pintu gerbang Ijen sekitar pukul 06.00 WIB. Berfoto-foto sejenak, lalu kami memarkir motor, beli karcis, cuci muka, dan minum segelas sereal hangat di warung sekitar situ. Setelah merasa siap, kami memulai perjalanan naik sejauh 3 km itu. Awalnya sih pemandangannya biasa saja, tapi semakin tinggi kami naik. Wow! (Maklum, baru pertama naik gunung). Bagus bener pemandangan dari sini. Kira-kira ini sudah 2/3 perjalanan. Kami juga sempat bertemu bule. Lalu kami melanjutkan perjalanan, hingga kami lebih terpana lagi saat s

Kenapa Kita Sulit Berkembang?

Sering tanpa kita sadari, kita membatasi diri sendiri untuk berkembang. Pernah kan Anda suatu ketika melihat orang dengan segudang skill lalu berkata, "Ya, dia beruntung lahir dengan bakat yang bagus dan lingkungan yang mendukung. Sementara aku kan anaknya biasa aja. Lingkunganku pun biasa-biasa aja. Jadi wajar kalau aku tidak sehebat dia. Lagian, mungkin bakatku bukan disitu." Hahaha… Saya baru sadar ternyata hal itu yang selama bertahun-tahun belakangan ini menghambat saya. Ketika melihat teman yang jago matematika saya selalu berkata, "Okay, dia emang jago matematika, dan aku lemah. Aku terima. Tapi aku juga jago di bidang lain. No problem." Dan setelah itu, diri saya semakin yakin bahwa mempelajari matematika itu tidak perlu. See? Ketika berkata seperti itu pada diri sendiri mungkin saya lupa bahwa semasa TK sampai SD kelas 6 dulu saya ini jago matematika. Hanya karena di SMP saya menjadi rada malas, lantas sampai sekarang saya menghakimi diri saya sebagai ora

Happy Birthday to Me!

Yeah, hari ini saya berulang tahun. Usia saya kini 17, dan itu berarti saya sudah berhak mendapatkan KTP, SIM (16 tahun pun sebenarnya bisa, dengan sedikit tambahan administrasi.), dan memberikan suara pada pemilihan umum. Kebetulan sebentar lagi Banyuwangi akan mengadakan pemilihan bupati. Saya tidak mengerti apakah saya sudah cukup dewasa untuk usia yang sudah setua ini. Rasanya masih banyak hal dalam hidup saya yang masih sama dengan saat saya masih di SMP dulu. It mean… saya merugi bertahun-tahun dalam hidup. Tapi sudahlah, tidak perlu terus memprotes kenapa kayu berubah menjadi pintu. Sekarang saatnya melewati pintu itu, menjalani hari ini dengan segenap kekuatan dan menatap hari esok dengan penuh keyakinan. Saya harap saya bisa jadi pribadi yang lebih bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang-orang di sekitar saya. Dan saya harap Anda juga begitu kawan-kawan! Omong-omong, saya punya penawaran menguntungkan nih teman-teman. Baru-baru ini saya dan 2 orang teman saya membuat toko k

Cinta Itu Butuh Biaya

Jika ada yang bilang cinta itu gratis, itu omong kosong. Okay, cinta itu memang gratis, tapi untuk menikmatinya butuh biaya. Butuh uang. Tapi ini bukan berarti kita harus menjadi orang matre lho ya. Okay, mari saya jelaskan. Kenapa butuh uang? Karena orang yang kita cintai itu akan senang jika kita bisa mengajaknya jalan-jalan ke tempat-tempat yang indah. Karena (bagi yang sudah menikah), istri dan anak-anak Anda akan bahagia jika bisa hidup berkecukupan. Makan yang bergizi, tinggal di tempat yang layak, mendapat pendidikan yang bagus, dan mendapatkan hidup di lingkungan yang bagus. Dan yang paling membuat orang-orang yang kita cintai itu bangga, adalah ketika kita bisa mencukupi semua kebutuhan mereka dengan usaha kita sendiri. Bukan dengan mengandalkan orang tua. FYI, di jaman sekarang sudah tidak berlaku lagi orang-orang yang membanggakan kekayaan orang tuanya. Ingat kawan, itu orang tua Anda, bukan Anda. Well, apa inti pembicaraan kita hari ini? Kita harus menjadi pemuda yang

Pahami Aturan Main Kehidupan

You have to learn the rules of the game. And then you have to play better than anyone else. ~Albert Einstein. Anda tidak mungkin menang dalam pertandingan voli jika aturan yang Anda gunakan adalah aturan sepak bola. Begitu juga dalam kehidupan ini. Jika masyarakat hanya menghargai & menghormati orang-orang yang terbukti sukses, maka jangan protes jika kita tidak dihargai dan dihormati dengan baik, itu tandanya kita belum cukup pantas. Itu kabar baik yang memberitahukan bahwa kita harus segera mengubah beberapa hal dalam diri kita. Atau jika tidak, kita akan terus menjadi seseorang yang tidak pernah cukup bernilai untuk dihargai dan dihormati. Terdengar kasar, ya? Memang. Tapi sebenarnya tujuan budaya ini tidak lain adalah untuk membuat kita menjadi orang yang berkualitas. Bukan untuk dikeluh-keluhkan, apalagi diprotes. Tapi untuk dilaksanakan. Selamat hari Kamis kawan! Semoga hari ini lebih indah dari hari-hari sebelumnya. Be happy!