Posts

Showing posts from 2014

Dalam Diam

Kelas 3 SMA, saya ingin pergi ke Bali bersama teman-teman organisasi untuk liburan bersama setelah masa tugas kami usai. Namun, apa mau dikata, orang tua saya saat itu tidak ada uang untuk memberangkatkan saya. Saya pun mengurungkan keinginan tersebut. Beberapa hari sebelum berangkat, teman-teman panitia acara liburan mengajak saya bicara secara pribadi, mereka berkata bahwa saya bisa berangkat secara gratis, karena organisasi kami masih punya uang lebih untuk mensubsidi biaya saya. Saya awalnya ragu, namun akhirnya memutuskan untuk berangkat setelah beberapa teman meyakinkan bahwa saya berhak untuk "bonus" itu. Saya pun liburan ke Bali dengan gratis, dan saya senang. Beberapa tahun setelah itu, entah bagaimana awalnya, saya mendengar dari teman baik saya bahwa dulu, dia diam-diam membayari liburan saya ke Bali. Jadi, bukan uang organisasi yang sisa, tapi dia diam-diam dan meminta teman yang lain bilang kalau itu dari organisasi. Saya hanya bisa terdiam lama,

Sudut Pandang

"You must be the change you wish to see in the world." - Mahatma Gandhi Saya setuju dengan yang dikatakan Gandhi, bahwa kita harus menjadi perubahan yang kita harapkan, alih-alih terus-terusan menuntut orang lain atau dunia menjadi sesuai dengan keinginan kita. Hal ini berlaku dalam banyak aspek kehidupan. Dalam studi, alih-alih mengeluhkan guru yang tidak pandai mengajar, lebih baik belajar mandiri dan mencari orang lain untuk mengajari. Apalagi sekarang sudah banyak sumber belajar alternatif di internet, seperti Zenius , Khan Academy , TED-Ed , dll. Dalam kehidupan bernegara, daripada terus-terusan mengkritik pemerintah, lebih baik berfokus pada apa yang bisa kita lakukan. Seperti Leonardo Kamilius, yang alih-alih terus-terusan mengkritik pemerintah yang tidak sebagus negara tetangga dalam menanggulangi kemiskinan, lebih memilih untuk membuat perubahan dengan Koperasi Kasih Indonesia , yang membantu ribuan warga miskin di Jakarta lepas dari kemiskinan. Dalam beraga

Bahagia itu Sederhana

Sering kali kebahagiaan itu sederhana. Yang bisa dengan mudah kita rasakan dengan kelima indera. Selayaknya ketika melihat pemandangan Kawah Ijen atau Bromo dengan mata kita. Atau mencium aroma bunga Mawar merah atau Magnolia dengan hidung kita. Atau mendengar kicauan burung-burung di pagi hari dengan telinga kita. Bahagia itu sederhana. Seperti hangatnya sentuhan dari kawan atau keluarga di kulit kita. Atau ketika kita mengecap masakan ibu dengan lidah kita. Bahagia itu sederhana. Seperti kadang kita tersenyum sambil mengumpat ketika mencium kentut sendiri. Ataupun potongan kuku dari jempol kaki. Bahagia itu sederhana. Seperti ketika bercakap di telepon dengan ayah. Bahagia itu sederhana. Seperti ketika air hangat mengucuri tubuh saat mandi di pagi yang dingin di Chiang Mai. Bahagia itu sederhana. Seperti saat kita mendengar diri sendiri berani mengucap cinta. Dan bahagia itu sederhana. Seperti ketika ucapan tersebut berbalas. Ya, bahagia itu sederhana. Sepe

Keputusan yang Benar

Jika keputusan itu hasilnya baik, meskipun rasanya pahit, itu keputusan yang benar. Masalahnya, kadang kita terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak. Nanti kalau saya putuskan begini, dampaknya gimana? Nanti jelek? Nanti saya sakit? Nanti saya nggak bisa hidup bahagia? dll. yang sebetulnya sangat berlebihan. Ketika dihadapkan pada situasi pengambilan keputusan, sebenarnya kita dapat dengan mudah menggunakan akal sehat untuk mencari keputusan yang benar, dengan mempertimbangkan baik-buruknya. Namun kadang keputusan menjadi lebih sulit dibuat ketika melibatkan perasaan. Misalnya ketika keputusan yang kita buat tidak hanya mempengaruhi kita, tapi juga orang(-orang) yang kita sayangi. Di saat seperti itu, kadang kita menjadi lebih peragu. "Kalau saya lakukan ini, gimana ya dampaknya untuk dia?", begitu kira-kira salah satu pemikiran kita. Alhasil, karena ragu, kita mencari-cari jawaban terus menerus. Bahkan hingga pikiran jadi bingung karena banyaknya pertimbangan. Akhi

Pengalaman Student Exchange ke Chiang Mai, Thailand

Hari ini tepat tiga bulan kurang satu hari saya di Thailand. Terasa cepat sekali waktu berlalu. Namun rupanya banyak juga perubahan yang terjadi pada kehidupan saya dalam 91 hari terakhir. Saya kesini untuk student exchange , meskipun berangkat dengan modal pas-pasan. Misalnya, walau nilai TOEFL memadai, kemampuan speaking saya masih terbatas, karena jarang sekali praktik sewaktu di Indonesia. Waktu pertama kali naik pesawat internasional, saya kagok ketika pramugari menawari saya minuman. Dengan gugup saya cuma jawab, "orange juice". Di samping saya waktu itu, seorang ibu dari Indonesia yang juga akan studi di Thailand, program S3. "Do you have mineral water?" "Yes" "I would like mineral water, please." Begitu kurang lebih sang ibu bercakap dengan pramugari Thai Airways waktu itu. Saya malu. Lalu seiring pesawat mulai terbang jauh dari Soekarno-Hatta, saya sudah tidak terlalu memikirkan hal itu lagi. Makanan dan minuman yang datang silih ber

Bagaimana Kalau Kita Mencintai Seseorang yang (Sudah) Tidak Mencintai Kita (Lagi)

Sounds ironic, eh? Tapi kadang-kadang hidup memang begitu. Dan tentang judul di atas, mungkin akan mudah kalau orang yang kita cintai tapi tidak mencintai kita balik itu orang yang baru kita cintai. Dengan begitu, akan mudah kita melupakan dan cari gantinya. Tapi kalau kita sudah punya memori bertahun-tahun dengan orang itu? Lain cerita. Saat kita cinta seseorang, kita ingin bersama orang itu. Untuk waktu yang lama. Dan kalau kita serius, kita akan berusaha menikahinya, untuk bersama seumur hidup. Kita pun akan berharap hal yang sama ke orang yang kita cintai. Tapi, jalan ceritanya tidak akan selalu mulus. Bisa saja orang itu tidak berpikiran dan berkeinginan yang sama dengan kita. Penyebabnya banyak. Ada yang karena simply orang itu gak cinta kita, ada yang pernah cinta tapi karena suatu kesalahan, jadi nggak cinta lagi, dan lain-lain. Lalu bagaimana kalau begitu? Yang saya tahu, kita mesti memperjuangkan apa yang kita inginkan. Normalnya, kita akan berusaha membuat orang itu

10 Mitos Tentang Orang Intovert

Image
Ada artikel menarik dari Lifehack.org berjudul " Top 10 Myths About Introverts That Simply Aren’t True ". Sesuai dengan judulnya, artikel tersebut dalam Bahasa Inggris, dan berikut saya terjemahkan secara bebas. Mitos #1: Orang introvert tidak suka bicara Ini tidak benar. Faktanya, orang introvert tidak bicara kecuali ada sesuatu yang harus mereka katakan. Mereka tidak menyukai basa-basi. Ajak orang intovert bicara tentang hal yang mereka senangi, maka mereka tak akan berhenti hingga berhari-hari. Mitos #2: Orang introvert adalah pemalu Tidak ada hubungan antara perasaan malu dengan menjadi intovert. Introvert bukan berarti takut dengan orang-orang. Apa yang mereka butuhkan adalah alasan untuk berinteraksi. Mereka tidak berinteraksi hanya untuk 'berinteraksi'. Kalau Anda ingin berbicara dengan seorang introvert, bicara saja. Tidak perlu pusing untuk menjadi sopan. Mitos #3: Orang introvert itu kasar Orang introvert sering kali berbicara langsung pada intin

Making Cool Things

"Mungkin orang bisa menjadi sangat cerdas atau memiliki keahlian yang bisa langsung diaplikasikan, tetapi jika mereka tidak percaya dengan apa yang mereka punya, mereka tidak akan bisa bekerja keras." ~Mark Zuckerberg Membaca kata-kata Mark di atas saya jadi melihat ke diri sendiri, yang sejauh ini cenderung tidak percaya dengan apa yang saya punya. Tidak percaya kepada apa yang kita punya membuat kita menyepelekan diri sendiri. Hal ini akan lebih tidak baik lagi jika kita cenderung mengagungkan orang lain. Misalnya, di kampus, ketika kita memandang tinggi orang lain yang sukses dalam bidang organisasional dan memandang rendah diri sendiri yang tidak sesukses orang tersebut. Akibatnya, selain merasa minder dan gagal, kita juga akan jadi loyo di hal lain yang sebenarnya kita unggul. Contoh lain, ketika orang ditanya, "sedang sibuk apa?" Kita cenderung lebih menghargai orang yang sibuk secara "formal", seperti misalnya, "organisasi banyak kerjaan

Sibuk Selama Menunggu

Ketika menunggu sesuatu yang hasilnya tidak bisa langsung didapat, misalnya menunggu nilai ujian keluar, menunggu pengumuman student exchange , menunggu pengumuman magang, dll. kadang kala kita terperangkap dalam jaring "terlalu berharap". Kita tentu berharap hasil yang terbaik dari usaha terbaik yang sudah dikerahkan. Karena itu, biasanya pikiran kita jadi fokus ke harapan itu dan bisa jadi justru timbul rasa harap-harap cemas. Rasa harap-harap cemas ini, kalau dibiarkan begitu adanya, bisa-bisa mengganggu produktivitas. Bisa jadi kita tidak terlalu bergairah dengan pekerjaan lain hari ini karena terlalu 'bergairah' mengharapkan hasil bagus pada yang sudah kita lakukan kemarin. Kita tahu ini bukan pilihan yang bagus. Rasakan saja bagaimana rasanya hati tak tenang karena terlalu berharap. Maka daripada berharap pada usaha yang sudah kita lakukan, lebih baik pasrahkan saja hasilnya. Percayakan pada-Nya, bahwa kalau kita memang pantas, kita akan mendapatkannya. Toh,

Bukan Uang atau Nilai

Sejauh yang saya alami, mengejar uang semata dalam menjalankan usaha, adalah hal yang stressful . Jadinya, saya tidak fokus. Pindah pindah ini itu, mana yang (kelihatannya) ada uangnya saya kejar. Tidak peduli itu membuat saya lebih bernilai dan membuat manfaat untuk orang lain atau tidak. Ketika motivasinya hanya uang, saya akan stress saat uang itu tidak didapat. Saya mudah menyerah. Saya mudah gagal. *** Di kampus rupanya juga seperti itu. Ketika motivasinya hanya nilai, saya jadi mudah stress. Terlalu khawatir akan dinilai bagaimana. Terlalu pusing ketika karena suatu hal tidak dapat mengisi daftar kehadiran. Ingin aktif di kelas hanya untuk mendapat nilai. Stress setiap mengerjakan tugas karena ingin hasilnya sempurna, dinilai bagus. Tidak nikmat. *** Di khotbah Jumat hari ini, khotib menyampaikan bahwa dalam bekerja, ada 3 hal penting yang perlu kita lakukan, yang kurang lebih begini. Berdoa, supaya niat kita dijaga, diberikan petunjuk kalau salah, dan diberikan bantu

Kartu Nama dan Orang Sederhana

Suatu ketika, saya dan seorang teman iseng-iseng menghadiri acara workshop dan networking untuk para founder atau penggiat start-up di Jakarta. Acara itu telah lama berlalu, dan ada 2 pembelajaran yang saya ingat darinya. Pertama, harusnya saya dan teman saya saat itu membawa kartu nama! Sungguh tak terpikir bahwa salah satu tujuan acara networking adalah membangun jaringan. Yang kami pikir saat itu hanya cari ilmu, jadi yasudah, datang saja dengan niat belajar. Sesampainya di sana, rupanya setiap orang saling berbagi kartu. Tampaknya hanya kami berdua yang tidak memberikan kartu balik ketika seseorang memberikan kartunya kepada kami. Termasuk ketika kami sibuk melahap makanan-makanan nikmat yang disajikan secara prasmanan, seseorang yang sederhana datang menghampiri kami, dan kemudian dia memperkenalkan diri. Dia bilang, dia adalah wakil presiden dari salah satu komunitas entrepreneur di Jakarta, lalu menanyakan kami siapa. Dengan cengengesan, hehe, kami bilang masih mahasis

Bangkrut

Ketika punya uang lebih, tidak sulit untuk mengikuti kemauan kita. Beli apa, asal senang, atau setidaknya kira-kira prospek kedepannya bagus, maka lakukan aja. Entah hal ini menimpa sebagian besar pebisnis online pemula atau saya saja. Namun, untuk saya pribadi, sudah dua kali mengalami ini. Suatu ketika usaha saya lancar sekali, penghasilan cukup banyak. Saya memutuskan untuk membuat banyak website baru, untuk ekspansi, harapannya setahun ke depan pendapatan saya bisa jadi berlipat-lipat. Kenyataannya, setahun kemudian, saya bangkrut. Waktu itu saya SMA kelas 2. Waktu melakukan pembelian besar-besaran saya tidak memikirkan kalau setahun kemudian akan sibuk dengan UN dan ujian masuk perguruan tinggi. Alhasil, ketika waktunya tiba, domain dan hosting yang rencananya akan saya kembangkan jadi website-website baru itu justru terbengkalai. Dan malangnya, pendapatan di bisnis utama saya jadi turun, karena selain saya semakin sibuk dengan sekolah, saya jadi tidak fokus, melakukan banya

Ruginya Gak Bisa Bahasa Inggris

Semakin kesini, Bahasa Inggris jadi semakin penting dalam kehidupan sehari-hari, dan saya sendiri merasakan berbagai keterbatasan/kerugian dari kurang lancarnya kemampuan Bahasa Inggris saya. Diantaranya: Film Kurang bisa santai nonton film, karena harus fokus membaca subtitle untuk benar-benar paham detail isi filmnya. Lomba Tidak PD untuk mengikuti lomba nasional maupun internasional yang menggunakan Bahasa Inggris. Ngajar Les Privat Kerugian finansial karena tidak bisa mengajar kelas billingual, walaupun sebenarnya menguasai materinya. FYI, kelas billingual bisa dibayar 2-3x lebih mahal dari kelas berbahasa Indonesia. Let say, sekali ngajar bisa dapat Rp 450.000,-. Jadi untuk mahasiswa yang ingin mandiri, cari duit sendiri, bakalan sangat membantu tuh.  Job Freelance Sekali lagi, terkait mahasiswa yang ingin mandiri cari uang jajan sendiri, kemampuan Bahasa Inggris bakalan sangat membantu, karena pekerjaan freelance banyak sekali. Misalnya jadi penulis konten Bahasa

Jaga Kesehatan Anak Kosan

Sakit sebagai anak kos itu sangat nggak enak. Kalau sakit di rumah, masih ada ibu dan bapak yang mengurusi, mijitin, nganterin berobat, nyiapin makan, dll. Lha di kosan? Maka dari itu, sangat penting untuk ngejaga agar tetap sehat, badan maupun mental. Beberapa cara yang udah saya coba untuk ngejaga kesehatan: jalan kaki ke kampus setiap hari, pulang pergi. Itungannya olahraga ringan. Terus, makan makanan dengan gizi seimbang, 4 sehat 5 sempurna. Di warteg kan lengkap tuh menunya. Beli buah dan susu bisa di supermarket. Lalu tidur yang cukup, sekitar 8 jam sehari. Beberapa hal yang membuat saya sakit, yang perlu Anda waspadai juga: makan mie instan mentah, diremas-remas, hingga 2 bungkus sekali makan. Makan gorengan tiap malam sepulang kuliah. Duduk seharian, sejak bangun hingga mau tidur lagi untuk namatin satu sesi serial Breaking Bad. Untuk kesehatan mental, saya rasa mencoba melihat sisi positif dari semua hal cukup manjur. Menghindari diri dari penyakit AIDS (Arogan, Iri, De

Raja Wacana

Punya tujuan bagus untuk memotivasi kita terus bergerak setiap waktu. Namun, tidak bagus ketika tujuan tersebut terlalu banyak. Sebagai dewasa, selayaknya kita sudah mampu menentukan tujuan hidup kita sendiri. Mau jadi apa dalam hidup. Mau melakukan apa selama hidup yang cuma puluhan tahun ini. Menjadi ambisius mungkin bagus, karena itu yang membuat kita melakukan hal-hal besar. Namun, jadi ambisius yang sudah terarah tampaknya yang akan menghasilkan sesuatu yang besar. Bukan ketika orang lain sukses dalam hal A, kita ingin hal A. Kalau seperti itu, jadinya kita tidak akan pernah sampai. Sepertinya, mampu merasa puas merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki seorang dewasa. Puas dengan apa yang dimilikinya sekarang dan apa yang sedang berusaha diwujudkan. Kalau dipikir-pikir, toh hidup bukan untuk hebat-hebatan atau keren-kerenan. Masa sih susah payah ngewujudin sesuatu, hanya untuk dapat pujian "wah keren!", "hebat!", "pinter banget lo!"?

Yang Bertindak Yang Berhasil

Malam ini saya memperoleh kabar menggembirakan tentang seorang teman yang akan berangkat ke Jepang untuk short course . Dia teman yang saya kenal rajin dan pekerja keras. Sejak SMA dia dikenal jago Bahasa Inggris dan merupakan salah satu siswa berprestasi. Ketika masuk kuliah, saya kira hal itu tidak berubah, malah dari yang saya dengar, dia semakin hebat saja. Saya sudah jarang bertemu, meskipun kuliah kami berdekatan, dia di Bogor dan saya di Depok. Karena keberhasilannya, saya jadi ingat beberapa waktu lalu saya sempat getol ingin pergi ke Paris. Sayangnya, semangat itu hanya bertahan beberapa bulan saja. Padahal, jalan untuk ke sana sudah terbuka di depan mata, melalui konferensi, tinggal cari kendaraan untuk berangkat saja. Namun, rupanya saya terlalu malas memperjuangkannya. Karena sedikit-banyak kendala, saya menyerah. Lalu beberapa bulan berikutnya, saya mencoba lagi melalui Total Summer School. Tapi, lagi-lagi saya menyerah di tengah jalan, tidak berani ikut FGD. Padahal s

Banyak Bengongnya

Saya baru sadar ternyata dalam sehari saya bisa menghabiskan banyak sekali waktu untuk bengong; ketika jalan berangkat ke atau pulang dari kampus, ketika di kelas, ketika duduk di depan komputer, ketika banyak tugas, dll. Ketika banyak tugas misalnya, tidak jarang saya malah banyak kepikiran doang, alih-alih mulai mengerjakan tugasnya. Alhasil, pikiran capek duluan sebelum tugas diapa-apain. Dan karena udah capek mikir, sehari itu menganggap udah menjalani hari yang padat, banyak kerja. Padahal bengong doang, minim hasil. Untuk mengurangi bengong tersebut, saya mencoba menuliskan isi pikiran setiap kali kepala mulai terasa berat; tugas, ide bisnis, to do lists, dll. Selain itu, saya mencoba lebih santai, dengan hanya memikirkan tugas yang sedang saya kerjakan saja, satu tugas satu waktu, tidak multitask. Lalu, saya menambah waktu di luar kosan. Ternyata, sekedar nongkrong dengan teman-teman itu bisa membuat happy , terinspirasi, mengurangi stress, dan manfaat-manfaat lain; tidak

Kesibukan Mahasiswa Kupu-Kupu

Di dunia kampus, kupu-kupu berarti kuliah-pulang, kuliah-pulang. Pada umumnya, orang mengira mahasiswa kupu-kupu itu terlalu rajin belajar, tidak mau ikut organisasi, tidak mau nongkrong-nongkrong atau yang sadis, ansos. Padahal tidak selalu seperti itu. Bukan bermaksud membela diri sendiri yang kupu-kupu, haha, tapi sebagai kupu-kupu, saya juga mengenal mahasiswa kupu-kupu lainnya. Dari sini saja terlihat bahwa anggapan orang tentang mahasiswa kupu-kupu yang ansos itu tidak sepenuhnya benar. Setidaknya kami mahasiswa kupu-kupu bergaul dengan sesama kupu-kupu. :D Tapi kenyataannya tidak semenyedihkan itu kok. Dari observasi saya, teman-teman yang di kampus jarang nongkrong atau eksis, tidak berarti di rumah/kosan tidak punya kegiatan sosial. Ada teman saya yang kupu-kupu di rumahnya mengerjakan banyak proyek bisnis, lomba, dan tentunya bermain-main dengan teman-temannya di rumah. Ada juga teman satunya sibuk mengembangkan beberapa website yang isinya bermanfaat dan dibaca ribuan oran

Saya Rasa Dunia Adil

Memasuki semester enam ini, saya semakin beranggapan kalau dunia itu memang adil, khususnya pada saya. Dunia adil, memberikan lowongan mengajar privat pada orang-orang yang benar-benar kompeten dan melamar paling cepat. Dunia adil memberikan kesempatan student exchange kepada orang-orang yang memang Bahasa Inggrisnya benar-benar bagus dan memiliki kualifikasi lain yang lebih baik (mungkin IPK, pengalaman organisasi, motivation letter , dll). Meskipun saya sudah mempersiapkan passport dan tes TOEFL sejak lama, tapi, dunia memberikan hadiah kepada mereka yang berusaha lebih baik dari saya. Adil. Dunia juga adil ketika saya berusaha mencari uang dan saya mendapatkan uang yang saya butuhkan. Dunia adil ketika saya mendapatkan IP lebih tinggi dari yang saya dapat di semester sebelumnya karena memang saya berusaha lebih keras. Dunia adil pula ketika saya mendapatkan skor TOEFL yang saya butuhkan untuk kuliah di luar negeri karena saya memang belajar sebelum tes, datang ke tempat tes tepat

Cari Tiket Murah untuk Conference, MUN, atau Liburan ke Eropa

Image
Teman-teman mahasiswa atau traveller yang ingin atau akan pergi ke Eropa untuk conference , MUN, atau sekedar liburan ( backpacking ), yang sekarang sedang mencari tiket murah namun berkelas untuk berangkat, kalian bisa gembira telah sampai di halaman ini. Saya, penulis blog ini, sekarang juga bisnis tiket. Anda bisa beli tiket dengan harga jauh lebih murah, hingga 75% dari harga normal. Ini brosurnya: Syarat cuma satu: pemesanan paling lambat 30 hari sebelum keberangkatan. Rute lain juga tersedia, internasional maupun lokal. Silakan tanyakan lewat kontak di atas.

Bangun Siang, Rejeki Dipatok Ayam

Siang tadi sekitar jam 11 saya ke kantor pajak Depok untuk membuat NPWP. Tapi sayang, rejeki saya sudah dipatok ayam, antrian untuk hari ini sudah penuh 150 orang, saya diminta datang lagi besok, lebih pagi tentunya. Hal yang sama juga terjadi ketika membuat paspor di kantor imigrasi Depok, karena datang kesiangan jadi gak dapat antrian. Akibatnya harus datang lagi keesokan hari, membuang lebih banyak waktu, yang harusnya bisa digunakan untuk tidur, nonton film, atau hal-hal santai lainnya. --- Meskipun masih liburan kuliah, kebiasaan bangun pagi memang sebaiknya dipertahankan.

Saldo Berkurang, Uang Tidak Keluar di ATM Mandiri, Bagaimana Solusinya?

Saldo berkurang namun uang tidak keluar dari mesin ATM, apa yang harus dilakukan? Tetap tenang. Saya mengalami kejadian ini sore tadi ketika mengambil uang di ATM Mandiri Detos, dan setelah telepon ke call center Bank Mandiri, ternyata hal ini bisa diatasi dengan mengajukan claim ke kantor cabang Mandiri terdekat, dengan membawa: Kartu identitas Kartu ATM Buku tabungan Biasanya proses claim hingga dana dikembalikan ke rekening nasabah memakan waktu paling lama 2 x 7 hari. * Jika Anda mengalami hal serupa, tidak perlu menghabiskan pulsa untuk telepon call center , karena berdasarkan pengalaman, Anda akan tetap diminta datang ke kantor cabang terdekat untuk mengurus masalah ini, tidak bisa selesai lewat telepon. Jadi, lebih baik berhemat.

Menghormati Diri Sendiri

Jika kamu menghormati diri sendiri, kamu akan rajin belajar setiap hari. Jika kamu menghormati diri sendiri, kamu akan gosok gigi dan cuci muka, tangan, kaki sebelum tidur. Jika kamu menghormati diri sendiri, kamu akan membiasakan tidur cukup, 7 jam sehari. Jika kamu menghormati diri sendiri, kamu akan tidur dan bangun lebih awal. Jika kamu menghormati diri sendiri, kamu akan bangun dengan semangat membuncah untuk menjalani hari. Jika kamu menghormati diri sendiri, kamu akan olahraga, minimal jalan kaki ke kampus setiap hari. Jika kamu menghormati diri sendiri, kamu akan membiasakan makan teratur. Jika kamu menghormati diri sendiri, menghindari junk food. Jika kamu menghormati diri sendiri, kamu akan berusaha keras sepanjang semester, agar dapat ilmu yang manfaat, dan nilai yang bagus untuk ambil jatah SKS semester berikutnya. Jika kamu menghormati diri sendiri, kamu akan berusaha keras dan disiplin mencicil mimpi-mimpimu setiap hari. Jika kamu menghormati diri send

Yang Penting Sekarang

Yang dimaksud sekarang ya benar-benar sekarang. Apa gunanya memperdebatkan masa lalu? Apalagi sampai bertengkar. Benar-banar gak bijak menyediakan waktu untuk hal yang hanya menyakiti diri sendiri dan orang lain. Sekarang banyak hal yang penting. Keinginan memberikan hadiah untuk orang tua. Keinginan menguasai skill baru. Keinginan meningkatkan prestasi. Lalu buat apa masih menyediakan waktu untuk menggalau dengan masa lalu? Cinta. What? Cinta? Cinta mana yang cuma bikin menderita? Astaga, ayolah, baca buku, nonton film, atau apalah belajar sana. Cinta itu harusnya baik. Okelah. Sekarang ya sekarang. Fokus ke hal yang benar-benar penting sekarang. Apa yang mengganggu, membuat stress, membuat jadi gak baik, ya tinggalkan. Tanpa tapi-tapi.

Males Ngapa-ngapain

Orang bilang, gak punya tujuan hidup bisa jadi penyebab males ngapa-ngapain. Mungkin benar. Tapi, punya banyak tujuan juga bisa bikin males. Belum selesai keinginan satu, ada lagi keinginan lain. Melihat orang begini, ingin begini, karena keren. Melihat orang lain begitu, pengen begitu juga, karena kelihatannya bahagia. Akibatnya, diri sendiri malah bingung sebenarnya maunya apa. Bangun tidur udah bingung mau ngelakuin apa dulu. Semua keinginan rasanya mendesak. Jadi stress juga, banyak hal dimulai, tapi gak ada yang diselesaikan. Merasa seperti sedang kuliah dan punya banyak tugas yang belum selesai. Mungkin yang benar, berhentilah ingin dipuji orang, ingin menjadi keren, ingin lebih dari orang lain. Tanya pada diri sendiri apa yang sebenarnya benar-benar diinginkan dan dibutuhkan. Bagaimanapun, waktu dan tenaga yang dipunya untuk menginginkan sesuatu dan mencapainya juga terbatas. Kalau targetnya terus bergerak, kapan sampai? Pilih satu target aja, ikat. Target itu tentunya besar,