Posts

Showing posts from March, 2014

Ruginya Gak Bisa Bahasa Inggris

Semakin kesini, Bahasa Inggris jadi semakin penting dalam kehidupan sehari-hari, dan saya sendiri merasakan berbagai keterbatasan/kerugian dari kurang lancarnya kemampuan Bahasa Inggris saya. Diantaranya: Film Kurang bisa santai nonton film, karena harus fokus membaca subtitle untuk benar-benar paham detail isi filmnya. Lomba Tidak PD untuk mengikuti lomba nasional maupun internasional yang menggunakan Bahasa Inggris. Ngajar Les Privat Kerugian finansial karena tidak bisa mengajar kelas billingual, walaupun sebenarnya menguasai materinya. FYI, kelas billingual bisa dibayar 2-3x lebih mahal dari kelas berbahasa Indonesia. Let say, sekali ngajar bisa dapat Rp 450.000,-. Jadi untuk mahasiswa yang ingin mandiri, cari duit sendiri, bakalan sangat membantu tuh.  Job Freelance Sekali lagi, terkait mahasiswa yang ingin mandiri cari uang jajan sendiri, kemampuan Bahasa Inggris bakalan sangat membantu, karena pekerjaan freelance banyak sekali. Misalnya jadi penulis konten Bahasa

Jaga Kesehatan Anak Kosan

Sakit sebagai anak kos itu sangat nggak enak. Kalau sakit di rumah, masih ada ibu dan bapak yang mengurusi, mijitin, nganterin berobat, nyiapin makan, dll. Lha di kosan? Maka dari itu, sangat penting untuk ngejaga agar tetap sehat, badan maupun mental. Beberapa cara yang udah saya coba untuk ngejaga kesehatan: jalan kaki ke kampus setiap hari, pulang pergi. Itungannya olahraga ringan. Terus, makan makanan dengan gizi seimbang, 4 sehat 5 sempurna. Di warteg kan lengkap tuh menunya. Beli buah dan susu bisa di supermarket. Lalu tidur yang cukup, sekitar 8 jam sehari. Beberapa hal yang membuat saya sakit, yang perlu Anda waspadai juga: makan mie instan mentah, diremas-remas, hingga 2 bungkus sekali makan. Makan gorengan tiap malam sepulang kuliah. Duduk seharian, sejak bangun hingga mau tidur lagi untuk namatin satu sesi serial Breaking Bad. Untuk kesehatan mental, saya rasa mencoba melihat sisi positif dari semua hal cukup manjur. Menghindari diri dari penyakit AIDS (Arogan, Iri, De

Raja Wacana

Punya tujuan bagus untuk memotivasi kita terus bergerak setiap waktu. Namun, tidak bagus ketika tujuan tersebut terlalu banyak. Sebagai dewasa, selayaknya kita sudah mampu menentukan tujuan hidup kita sendiri. Mau jadi apa dalam hidup. Mau melakukan apa selama hidup yang cuma puluhan tahun ini. Menjadi ambisius mungkin bagus, karena itu yang membuat kita melakukan hal-hal besar. Namun, jadi ambisius yang sudah terarah tampaknya yang akan menghasilkan sesuatu yang besar. Bukan ketika orang lain sukses dalam hal A, kita ingin hal A. Kalau seperti itu, jadinya kita tidak akan pernah sampai. Sepertinya, mampu merasa puas merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki seorang dewasa. Puas dengan apa yang dimilikinya sekarang dan apa yang sedang berusaha diwujudkan. Kalau dipikir-pikir, toh hidup bukan untuk hebat-hebatan atau keren-kerenan. Masa sih susah payah ngewujudin sesuatu, hanya untuk dapat pujian "wah keren!", "hebat!", "pinter banget lo!"?

Yang Bertindak Yang Berhasil

Malam ini saya memperoleh kabar menggembirakan tentang seorang teman yang akan berangkat ke Jepang untuk short course . Dia teman yang saya kenal rajin dan pekerja keras. Sejak SMA dia dikenal jago Bahasa Inggris dan merupakan salah satu siswa berprestasi. Ketika masuk kuliah, saya kira hal itu tidak berubah, malah dari yang saya dengar, dia semakin hebat saja. Saya sudah jarang bertemu, meskipun kuliah kami berdekatan, dia di Bogor dan saya di Depok. Karena keberhasilannya, saya jadi ingat beberapa waktu lalu saya sempat getol ingin pergi ke Paris. Sayangnya, semangat itu hanya bertahan beberapa bulan saja. Padahal, jalan untuk ke sana sudah terbuka di depan mata, melalui konferensi, tinggal cari kendaraan untuk berangkat saja. Namun, rupanya saya terlalu malas memperjuangkannya. Karena sedikit-banyak kendala, saya menyerah. Lalu beberapa bulan berikutnya, saya mencoba lagi melalui Total Summer School. Tapi, lagi-lagi saya menyerah di tengah jalan, tidak berani ikut FGD. Padahal s

Banyak Bengongnya

Saya baru sadar ternyata dalam sehari saya bisa menghabiskan banyak sekali waktu untuk bengong; ketika jalan berangkat ke atau pulang dari kampus, ketika di kelas, ketika duduk di depan komputer, ketika banyak tugas, dll. Ketika banyak tugas misalnya, tidak jarang saya malah banyak kepikiran doang, alih-alih mulai mengerjakan tugasnya. Alhasil, pikiran capek duluan sebelum tugas diapa-apain. Dan karena udah capek mikir, sehari itu menganggap udah menjalani hari yang padat, banyak kerja. Padahal bengong doang, minim hasil. Untuk mengurangi bengong tersebut, saya mencoba menuliskan isi pikiran setiap kali kepala mulai terasa berat; tugas, ide bisnis, to do lists, dll. Selain itu, saya mencoba lebih santai, dengan hanya memikirkan tugas yang sedang saya kerjakan saja, satu tugas satu waktu, tidak multitask. Lalu, saya menambah waktu di luar kosan. Ternyata, sekedar nongkrong dengan teman-teman itu bisa membuat happy , terinspirasi, mengurangi stress, dan manfaat-manfaat lain; tidak