Posts

Showing posts from December, 2014

Dalam Diam

Kelas 3 SMA, saya ingin pergi ke Bali bersama teman-teman organisasi untuk liburan bersama setelah masa tugas kami usai. Namun, apa mau dikata, orang tua saya saat itu tidak ada uang untuk memberangkatkan saya. Saya pun mengurungkan keinginan tersebut. Beberapa hari sebelum berangkat, teman-teman panitia acara liburan mengajak saya bicara secara pribadi, mereka berkata bahwa saya bisa berangkat secara gratis, karena organisasi kami masih punya uang lebih untuk mensubsidi biaya saya. Saya awalnya ragu, namun akhirnya memutuskan untuk berangkat setelah beberapa teman meyakinkan bahwa saya berhak untuk "bonus" itu. Saya pun liburan ke Bali dengan gratis, dan saya senang. Beberapa tahun setelah itu, entah bagaimana awalnya, saya mendengar dari teman baik saya bahwa dulu, dia diam-diam membayari liburan saya ke Bali. Jadi, bukan uang organisasi yang sisa, tapi dia diam-diam dan meminta teman yang lain bilang kalau itu dari organisasi. Saya hanya bisa terdiam lama,

Sudut Pandang

"You must be the change you wish to see in the world." - Mahatma Gandhi Saya setuju dengan yang dikatakan Gandhi, bahwa kita harus menjadi perubahan yang kita harapkan, alih-alih terus-terusan menuntut orang lain atau dunia menjadi sesuai dengan keinginan kita. Hal ini berlaku dalam banyak aspek kehidupan. Dalam studi, alih-alih mengeluhkan guru yang tidak pandai mengajar, lebih baik belajar mandiri dan mencari orang lain untuk mengajari. Apalagi sekarang sudah banyak sumber belajar alternatif di internet, seperti Zenius , Khan Academy , TED-Ed , dll. Dalam kehidupan bernegara, daripada terus-terusan mengkritik pemerintah, lebih baik berfokus pada apa yang bisa kita lakukan. Seperti Leonardo Kamilius, yang alih-alih terus-terusan mengkritik pemerintah yang tidak sebagus negara tetangga dalam menanggulangi kemiskinan, lebih memilih untuk membuat perubahan dengan Koperasi Kasih Indonesia , yang membantu ribuan warga miskin di Jakarta lepas dari kemiskinan. Dalam beraga

Bahagia itu Sederhana

Sering kali kebahagiaan itu sederhana. Yang bisa dengan mudah kita rasakan dengan kelima indera. Selayaknya ketika melihat pemandangan Kawah Ijen atau Bromo dengan mata kita. Atau mencium aroma bunga Mawar merah atau Magnolia dengan hidung kita. Atau mendengar kicauan burung-burung di pagi hari dengan telinga kita. Bahagia itu sederhana. Seperti hangatnya sentuhan dari kawan atau keluarga di kulit kita. Atau ketika kita mengecap masakan ibu dengan lidah kita. Bahagia itu sederhana. Seperti kadang kita tersenyum sambil mengumpat ketika mencium kentut sendiri. Ataupun potongan kuku dari jempol kaki. Bahagia itu sederhana. Seperti ketika bercakap di telepon dengan ayah. Bahagia itu sederhana. Seperti ketika air hangat mengucuri tubuh saat mandi di pagi yang dingin di Chiang Mai. Bahagia itu sederhana. Seperti saat kita mendengar diri sendiri berani mengucap cinta. Dan bahagia itu sederhana. Seperti ketika ucapan tersebut berbalas. Ya, bahagia itu sederhana. Sepe