Pengalaman Magang Pertama (di PLUS)

Pengalaman magang pertama saya adalah di perusahaan rintisan (start up) yang baru banget berdiri, bernama Platform Usaha Sosial (PLUS). Seperti namanya, perusahaan ini punya misi untuk menumbuhkan ekosistem social entrepreneurship di Indonesia.

Apa sih social entrepreneurship? dan apa saja pelajaran yang saya dapatkan dari pengalaman magang di PLUS?

Tentang Social Entrepreneurship

Menurut yang saya pahami, kewirausahaan sosial seperti kewirausahaan pada umumnya adalah usaha untuk menciptakan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah yang dihadapi pasar. Bedanya, kewirausahaan sosial memberikan perhatian yang cukup besar pada dampak yang dapat diberikan kepada lingkungan sekitar, khususnya manusianya.

Misalnya, kewirausahaan adalah ketika kita ingin membuat perusahaan transportasi berbasiskan motor/ojek untuk mengatasi masalah kemacetan Jakarta. Di sini kita meluat peluang untuk mendapatkan profit yang lumayan dengan memenuhi kebutuhan/membantu menyelesaikan masalah banyak orang.

Kalau kewirausahaan sosial, fokus kita tidak hanya pada konsumen dan profit, tetapi pada stakeholder lain juga, seperti misalnya tukang ojeknya. Ambil contoh perusahaan sosial yang cukup populer, yaitu Go-Jek. Selain menaruh perhatian besar dalam menyediakan solusi bagi kemacetan Jakarta, Go-Jek juga mempunyai misi untuk membantu para drivernya agar mendapatkan pekerjaan yang lebih banyak, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Jadi, dalam kewirausahaan sosial, kita berusaha menyeimbangkan antara profit dan impact.

Menarik ya?

Pelajaran dari Magang di PLUS

Di PLUS, saya bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, baik tim PLUS itu sendiri maupun sesama intern (atau kami menyebutnya fellows). Mereka punya prestasi gemilang dalam kuliahnya dan juga dalam kegiatan lain-lain di luar kuliah seperti pernah ikut kompetisi internasional, punya pengalaman exchange ke luar negeri, dan ada juga yang seorang professional magician.

Sempat minder juga di awal, karena misalnya kemampuan Bahasa Inggris saya yang masih terbatas, sementara teman-teman yang lain sudah pada fluent. Bahkan ada yang lancar ngomong Mandarin.

Tapi untungnya, selain hebat, mereka adalah orang-orang yang humble. Setiap orang saling menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan in some way saling membantu untuk membantu satu sama lain grow.

Pelajaran pertama: harus belajar lebih keras dan stay humble ke orang lain yang belum sebagus kita dalam bidang dimana kita ahli.

Dalam dua bulan itu, selain bekerja, kami juga banyak berinteraksi bersama; mulai dari ngobrol-ngobrol saat makan siang, saat sekali-sekali makan besar bareng di luar, bermain bersama (laser tag!), dan juga saat pulang ke Depok bersama naik angkot dan KRL.

Kadang kami ngobrol agak serius seperti karir, kuliah lanjutan, usaha sampingan, lomba, atau skripsi. Kadang juga ngobrol santai seperti membahas puisi Sapardi Djoko Damono, kasus ribut taksi konvensional vs ojek online, film bagus untuk ditonton minggu ini, dll.

Dari obrolan-obrolan dengan mereka tersebut, saya juga belajar bahwa mereka, top students ini, adalah orang-orang yang banyak belajar, banyak membaca, punya growth mindset.

Mereka adalah orang yang selalu lapar. Lapar untuk tumbuh, menjadi lebih baik. Ada yang mewujudkannya dengan mengejar lomba-lomba. Ada yang magang di tempat bergengsi. Ada yang ikut kursus hingga ke negeri China (beneran).

Pelajaran kedua: tetapkan target untuk terus bertumbuh, dan kerja keras mewujudkannya.

Masih banyak hal lain yang saya dapatkan dari pengalaman magang pertama ini, yang mungkin tidak mudah saya artikulasikan namun saya yakin membekas dalam hati dan kehidupan sahari-hari.

Bagaimana dengan kamu? Bagaimana pengalaman magangmu membantu dalam kehidupan sehari-hari? Share ya di kolom komentar...

Comments

Popular posts from this blog

Download Ringkasan Materi Fisika SMA Kelas 1-3 Lengkap

Pengalaman Magang di Traveloka (Summer Intern)

Pengalaman Traveling ke Guangzhou, China

Transportasi dari UI ke Soekarno-Hatta

Pom Bensin dan Jiwa Melayani