Posts

Making Cool Things

"Mungkin orang bisa menjadi sangat cerdas atau memiliki keahlian yang bisa langsung diaplikasikan, tetapi jika mereka tidak percaya dengan apa yang mereka punya, mereka tidak akan bisa bekerja keras." ~Mark Zuckerberg Membaca kata-kata Mark di atas saya jadi melihat ke diri sendiri, yang sejauh ini cenderung tidak percaya dengan apa yang saya punya. Tidak percaya kepada apa yang kita punya membuat kita menyepelekan diri sendiri. Hal ini akan lebih tidak baik lagi jika kita cenderung mengagungkan orang lain. Misalnya, di kampus, ketika kita memandang tinggi orang lain yang sukses dalam bidang organisasional dan memandang rendah diri sendiri yang tidak sesukses orang tersebut. Akibatnya, selain merasa minder dan gagal, kita juga akan jadi loyo di hal lain yang sebenarnya kita unggul. Contoh lain, ketika orang ditanya, "sedang sibuk apa?" Kita cenderung lebih menghargai orang yang sibuk secara "formal", seperti misalnya, "organisasi banyak kerjaan...

Sibuk Selama Menunggu

Ketika menunggu sesuatu yang hasilnya tidak bisa langsung didapat, misalnya menunggu nilai ujian keluar, menunggu pengumuman student exchange , menunggu pengumuman magang, dll. kadang kala kita terperangkap dalam jaring "terlalu berharap". Kita tentu berharap hasil yang terbaik dari usaha terbaik yang sudah dikerahkan. Karena itu, biasanya pikiran kita jadi fokus ke harapan itu dan bisa jadi justru timbul rasa harap-harap cemas. Rasa harap-harap cemas ini, kalau dibiarkan begitu adanya, bisa-bisa mengganggu produktivitas. Bisa jadi kita tidak terlalu bergairah dengan pekerjaan lain hari ini karena terlalu 'bergairah' mengharapkan hasil bagus pada yang sudah kita lakukan kemarin. Kita tahu ini bukan pilihan yang bagus. Rasakan saja bagaimana rasanya hati tak tenang karena terlalu berharap. Maka daripada berharap pada usaha yang sudah kita lakukan, lebih baik pasrahkan saja hasilnya. Percayakan pada-Nya, bahwa kalau kita memang pantas, kita akan mendapatkannya. Toh,...

Bukan Uang atau Nilai

Sejauh yang saya alami, mengejar uang semata dalam menjalankan usaha, adalah hal yang stressful . Jadinya, saya tidak fokus. Pindah pindah ini itu, mana yang (kelihatannya) ada uangnya saya kejar. Tidak peduli itu membuat saya lebih bernilai dan membuat manfaat untuk orang lain atau tidak. Ketika motivasinya hanya uang, saya akan stress saat uang itu tidak didapat. Saya mudah menyerah. Saya mudah gagal. *** Di kampus rupanya juga seperti itu. Ketika motivasinya hanya nilai, saya jadi mudah stress. Terlalu khawatir akan dinilai bagaimana. Terlalu pusing ketika karena suatu hal tidak dapat mengisi daftar kehadiran. Ingin aktif di kelas hanya untuk mendapat nilai. Stress setiap mengerjakan tugas karena ingin hasilnya sempurna, dinilai bagus. Tidak nikmat. *** Di khotbah Jumat hari ini, khotib menyampaikan bahwa dalam bekerja, ada 3 hal penting yang perlu kita lakukan, yang kurang lebih begini. Berdoa, supaya niat kita dijaga, diberikan petunjuk kalau salah, dan diberikan bantu...

Kartu Nama dan Orang Sederhana

Suatu ketika, saya dan seorang teman iseng-iseng menghadiri acara workshop dan networking untuk para founder atau penggiat start-up di Jakarta. Acara itu telah lama berlalu, dan ada 2 pembelajaran yang saya ingat darinya. Pertama, harusnya saya dan teman saya saat itu membawa kartu nama! Sungguh tak terpikir bahwa salah satu tujuan acara networking adalah membangun jaringan. Yang kami pikir saat itu hanya cari ilmu, jadi yasudah, datang saja dengan niat belajar. Sesampainya di sana, rupanya setiap orang saling berbagi kartu. Tampaknya hanya kami berdua yang tidak memberikan kartu balik ketika seseorang memberikan kartunya kepada kami. Termasuk ketika kami sibuk melahap makanan-makanan nikmat yang disajikan secara prasmanan, seseorang yang sederhana datang menghampiri kami, dan kemudian dia memperkenalkan diri. Dia bilang, dia adalah wakil presiden dari salah satu komunitas entrepreneur di Jakarta, lalu menanyakan kami siapa. Dengan cengengesan, hehe, kami bilang masih mahasis...

Bangkrut

Ketika punya uang lebih, tidak sulit untuk mengikuti kemauan kita. Beli apa, asal senang, atau setidaknya kira-kira prospek kedepannya bagus, maka lakukan aja. Entah hal ini menimpa sebagian besar pebisnis online pemula atau saya saja. Namun, untuk saya pribadi, sudah dua kali mengalami ini. Suatu ketika usaha saya lancar sekali, penghasilan cukup banyak. Saya memutuskan untuk membuat banyak website baru, untuk ekspansi, harapannya setahun ke depan pendapatan saya bisa jadi berlipat-lipat. Kenyataannya, setahun kemudian, saya bangkrut. Waktu itu saya SMA kelas 2. Waktu melakukan pembelian besar-besaran saya tidak memikirkan kalau setahun kemudian akan sibuk dengan UN dan ujian masuk perguruan tinggi. Alhasil, ketika waktunya tiba, domain dan hosting yang rencananya akan saya kembangkan jadi website-website baru itu justru terbengkalai. Dan malangnya, pendapatan di bisnis utama saya jadi turun, karena selain saya semakin sibuk dengan sekolah, saya jadi tidak fokus, melakukan banya...

Ruginya Gak Bisa Bahasa Inggris

Semakin kesini, Bahasa Inggris jadi semakin penting dalam kehidupan sehari-hari, dan saya sendiri merasakan berbagai keterbatasan/kerugian dari kurang lancarnya kemampuan Bahasa Inggris saya. Diantaranya: Film Kurang bisa santai nonton film, karena harus fokus membaca subtitle untuk benar-benar paham detail isi filmnya. Lomba Tidak PD untuk mengikuti lomba nasional maupun internasional yang menggunakan Bahasa Inggris. Ngajar Les Privat Kerugian finansial karena tidak bisa mengajar kelas billingual, walaupun sebenarnya menguasai materinya. FYI, kelas billingual bisa dibayar 2-3x lebih mahal dari kelas berbahasa Indonesia. Let say, sekali ngajar bisa dapat Rp 450.000,-. Jadi untuk mahasiswa yang ingin mandiri, cari duit sendiri, bakalan sangat membantu tuh.  Job Freelance Sekali lagi, terkait mahasiswa yang ingin mandiri cari uang jajan sendiri, kemampuan Bahasa Inggris bakalan sangat membantu, karena pekerjaan freelance banyak sekali. Misalnya jadi penulis konten Bah...

Jaga Kesehatan Anak Kosan

Sakit sebagai anak kos itu sangat nggak enak. Kalau sakit di rumah, masih ada ibu dan bapak yang mengurusi, mijitin, nganterin berobat, nyiapin makan, dll. Lha di kosan? Maka dari itu, sangat penting untuk ngejaga agar tetap sehat, badan maupun mental. Beberapa cara yang udah saya coba untuk ngejaga kesehatan: jalan kaki ke kampus setiap hari, pulang pergi. Itungannya olahraga ringan. Terus, makan makanan dengan gizi seimbang, 4 sehat 5 sempurna. Di warteg kan lengkap tuh menunya. Beli buah dan susu bisa di supermarket. Lalu tidur yang cukup, sekitar 8 jam sehari. Beberapa hal yang membuat saya sakit, yang perlu Anda waspadai juga: makan mie instan mentah, diremas-remas, hingga 2 bungkus sekali makan. Makan gorengan tiap malam sepulang kuliah. Duduk seharian, sejak bangun hingga mau tidur lagi untuk namatin satu sesi serial Breaking Bad. Untuk kesehatan mental, saya rasa mencoba melihat sisi positif dari semua hal cukup manjur. Menghindari diri dari penyakit AIDS (Arogan, Iri, De...