Bagaimana Nasib Sungai-Sungai Kita?

Saya ingin bercerita tentang tempat saya tinggal sejak kecil. Sebuah kota kecil di ujung timur Pulau Jawa. Genteng namanya. Salah satu kecamatan teramai di Banyuwangi. Saya tinggal hampir di pusat kota. Jika pusatnya adalah di Genteng Kulon, saya di Genteng Wetan. Ya, kedua desa ini hanya dipisahkan oleh sebuah sungai. Tidak, tidak. Sebuah kanal tepatnya. Kanal dari Sungai Setail. Kanal yang membagi kedua desa inipun masih dibagi-bagi lagi menjadi 2. Rumah saya ada di wilayah tengah-tengah antara keduanya, sehingga orang tua kamipun menyebut keduanya sebagai kali wetan (sungai timur) dan kali kulon (sungai barat). Tidak bisa disangkal, kehidupan kami sangat bergantung kepada kedua sungai ini (kali ini ijinkan saya menyebutnya sungai, seperti kebiasaan orang tua kami). Kami mencuci, mandi, dan mengambil air untuk memasak dari sungai-sungai ini. Bahkan kami juga membuang hajat dan sampah disini. Jadi tidak heran kalau sungai kami kotor. Miris memang, tapi bisa dikatakan kami makan dan mandi dengan air yang mengandung kotoran kami sendiri. Tidak, tidak. Tepatnya, kotoran orang-orang yang diatas. Orang-orang yang juga tinggal di sepanjang sungai sebelum rumah kami. Jika kami mengalaminya, tentu saja orang-orang yang tinggal setelah kami juga. Lebih parah malahan.

Memang masalah yang kompleks. Sebagai orang miskin, tidak sedikit diantara kami yang belum memiliki kamar mandi dan WC di rumahnya. Alhasil, sungai pun menjadi alternatif terbaik untuk memenuhi kebutuhan. Bagi yang sudah memiliki kamar mandi dan WC sendiri pun, sungai juga sangat membantu mengurangi pengeluaran perbulan yang semakin hari semakin mencekik. Maklum lah, delapan puluh persen penduduk kami adalah golongan bawah, dan sisanya golongan menengah.

Keadaan sebenarnya sudah cukup buruk, tetapi karena ketidakpedulian dan ketidaktahuan, kami justru memperparahnya. Sebenarnya ada beberapa orang yang peduli dengan keadaan ini, tapi mereka tak mampu berbuat banyak. Mereka tidak bisa menyediakan alternatif untuk membuang sampah dan hajat. Alhasil, keadaanpun berjalan ‘sebagaimana seharusnya’. Air sungai menjadi kotor dengan barang-barang yang dibuang orang-orang. Mulai dari sampah rumah tangga sampai sampah pasar. Tidak jarang air sungai kami menjadi sangat coklat dan bau. Apalagi ketika sungai dikeringkan, Anda seolah melihat tempat pembuangan sampah terpanjang di dunia.

Saya juga belum bisa membantu apapun. Saya berharap semoga suatu saat datang seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah ini. Membuat air kami bening kembali dan tidak bau. Membuat anak-anak kecil yang ingin mandi (dan latihan berenang) di sungai tidak terkena berbagai macam penyakit kulit (saya pernah satu kali sewaktu kecil mandi di sungai timur, dan badan saya langsung gatal-gatal). Dan tentu saja membuat lingkungan kami indah dan subur. Saya membayangkan jika kanal kami bisa seperti kanal-kanal di Spanyol, dimana perahu kecil bisa mengantarkan para wisatawan menikmati indahnya pemandangan desa. Lalu di sampingnya ditumbuhi pohon-pohon peneduh dan rumput yang halus, sehingga menjadi tempat yang nyaman untuk belajar dan istirahat/menenangkan diri dari penatnya aktifitas desa yang mulai menjadi kota ini.

Hm… Mungkin langkah kecil yang bisa dimulai adalah membangun tempat pemandian dan pencucian umum gratis di tempat-tempat tertentu di sepanjang atau di sekitar sungai dan mengatur agar pembuangannya tidak mengotori sungai utama. Tentu saja ini harus dilakukan mulai dari hulu hingga hilir. Jika hanya kami yang di tengah yang melakukan, apa gunanya? Oh, saya baru sadar bahwa hal ini kelihatan mustahil tanpa campur tangan pemerintah. Dear para Bapak/Ibu yang berwenang, serta para pecinta alam yang mulia, kiranya kita semua mencoba memperbaiki dan merawat sungai kita, agar kehidupan kita menjadi sehat. Juga agar anak cucu kita dimasa depan nanti tahu dan bisa menikmati air yang bersih. Mandi dan bermain di sungai tanpa harus jijik dan khawatir akan terkena berbagai macam penyakit kulit.

*Tulisan ini diikutkan dalam Kompetisi WEB Kompas MuDA & AQUA, kerja sama Kompas dengan AQUA yang dilaksanakan di www.mudaers.com dengan tema IT’s about Us: Air untuk Masa Depan.

Comments

Popular posts from this blog

Transportasi dari UI ke Soekarno-Hatta

Pengalaman Magang di Traveloka (Summer Intern)

Download Ringkasan Materi Fisika SMA Kelas 1-3 Lengkap

Pengalaman Traveling ke Guangzhou, China

Bertumbuh