Mengapa Saya Tak Memakai Nama Kelompok atau Nama 'Gaul'

Akhir-akhir ini saya semakin heran dengan fenomena yang saya temui di jejaring Facebook. Yang pertama dari semakin banyaknya anak-anak alay yang ngeadd saya. Kamu pikir, Facebook itu untuk apa? Untuk berteman atau hanya untuk gaya-gayaan dan menggangu orang lain? Plis deh, untuk teman-teman yang memakai nama dengan embel-embel Imoetz, Paling Ganteng, Sedang Merana, Selalu Gembira, Monyet Lapar, Pangeran Kesiangan, dan sebangsanya, sadarlah bahwa kamu itu NDESO. Apalagi fotomu dipasang gambar-gambar gak jelas, dan infomu gak diisi sama sekali. Hey, sadarlah kawan, ini tempat untuk berteman. Coba pikir, adakah orang waras yang ingin berteman dengan orang asing di Facebook yang memakai foto palsu, nama katrok, infonya kosong, dan statusnya lebay? Saya pikir hanya orang-orang yang sama-sama belum sadar yang mau melakukannya.

Yang kedua, soal nama kelompok. Banyak diantara kita membentuk kelompok-kelompok dengan orang-orang dekat kita. Lalu kita memasang nama kelompok kita di depan nama, di tengah, atau di belakang nama kita. Gak begitu masalah sih jika kita gak juga melakukan hal bodoh seperti yang saya sebutkan di paragraf pertama. Tapi bukan berarti hal ini sama sekali tidak mengganggu. Sekarang bayangkan begini. Kamu pelajar di sebuah sekolah. Bersama 40 orang temanmu, kamu membentuk kelompok BlaBlaBla. Lalu namamu dan nama mereka menjadi Nama BlaBlaBla. Kamu fb-an hanya dengan mereka. Wall-wall an, komen status dan sebagainya. Lalu, teman-teman sekolahmu yang lain melakukan hal yang sama denganmu. Sudah melihat apa yang terjadi?

Kamu menyatukan kelompok kecil, tapi menghancurkan yang lebih besar. Siswa di sekolahmu jadi terkotak-kotak. Mereka hanya fanatik dengan kelompoknya. Apalagi jika nama kelompokmu itu aneh. Kamu akan termasuk juga dalam golongan KATROK yang saya sebutkan di awal tulisan ini. See? When I say KATROK, I mean they are people who using technology, but don’t aware/understand the meaning of it.

Sekarang mari dinginkan pikiranmu, kita lihat-lihat keluar sebentar. Coba deh lihat orang-orang besar, apa mereka pernah bercanda dengan identitas mereka? Lihat Facebook Pak Mario Teguh, Tung D.W., Adi W. Gunawan, Ustadz Yusuf Mansur, atau Menteri Tifatul Sembiring. Apa mereka main-main dengan Facebook mereka? Tak usah terlalu jauh deh, lihat mahasiswa-mahasiswa ITB, UGM, UI, IPB, atau STAN. Apa mereka melakukan hal-hal yang saya sebutkan sebagai NDESO atau KATROK di atas? Mereka pemuda/i gaul. Punya kelompok-kelompok. Kadang merasa sedih, senang atau merana. Mereka juga ganteng, imut, cantik, manis, dan sebagainya. Tapi mereka gak terlalu menunjukkannya. Mereka memakai nama asli, foto asli, info diisi lengkap (okelah, setidaknya isi kota tinggal/asal kamu dan almamater/institusimu), dan statusnya juga gak lebay. gAk b3sAr K3c1L k3k GiNi.

Setidaknya buat orang lain yakin kamu itu orang asli dan mau berteman denganmu. Dan jika kamu menghormati diri sendiri dan orang lain, saya sarankan gunakan pikiranmu untuk tampil baik di tempat gaul publik.

Comments

  1. Haduuuuuhh ngakak ngakak ngakak sy... :D

    penuh dengan emosi nulisnya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Download Ringkasan Materi Fisika SMA Kelas 1-3 Lengkap

Transportasi dari UI ke Soekarno-Hatta

Pengalaman Magang di Traveloka (Summer Intern)

Pengalaman Traveling ke Guangzhou, China

Jaga Kesehatan Anak Kosan