I was so Serious

Why so serious? Begitu ledekan Joker dalam kisah Batman. Akhir-akhir ini, gue jadi sering berpikir tentang itu. Bahwa selama ini gue terlalu serius. Bahkan saat nulis post ini, gue masih aja terlalu serius. Hahaa... :D

Well, jika mengingat kebelakang, ternyata yang gue capai dengan sikap yang terlalu serius itu juga gak terlalu baik.

Akademis

Semester pertama kuliah gue lalui dengan galau dan galau yang sangat galau. Entah kenapa gue bisa mikirin begitu banyak hal dalam satu waktu itu, sampai akibatnya gue jadi lemes sendiri. Energi gue habis hanya untuk berpikir. Gue terlalu serius tentang kuliah. Yang harus dapat IP bagus lah, mencapai mimpi lah, harapan orang tua lah. Gue jadi tertekan banget dalam belajar. Apalagi pertama kali datang ke kampus, gue terkaget-kaget dengan betapa pinternya anak-anak dari seluruh Indonesia itu. Oh my, I did so bad to myself.

Okay, kita memang harus mengusahakan IP bagus, mengejar mimpi-mimpi, dan memenuhi harapan orang tua, tapi ya gak segitunya lah... Kalo kita drop duluan gara-gara terlalu stress, mana bisa mencapai itu semua? Sekarang mari kita coba rileks... Santai saja yang penting tetap bergerak. *seperti kata temen gue, hidup itu indah* :D

Alhasil, yang gue dapet dari terlalu serius adalah IP yang biasa-biasa aja, sedikit teman (karena kurang sosialisasi), dan ketinggalan banyak hal dari temen-teman gue yang udah bisa menikmati kehidupan kampus.

Pacaran

Di bidang ini juga, kalau gue inget-inget, gue adalah orang yang selalu serius dalam pacaran. Artinya, gue selalu mikir bahwa cinta yang ini gue pengen gak putus-putus dan langgeng selamanya. Alhasil, gue jadi terlalu cemburuan, terlalu gampang sedih, terlalu nyusahin diri sendiri dengan ini dan itu, de el el de el el. Gue berusaha mati-matian pertahanin cinta itu tetap sama gue. Gue berusaha setia. Bahkan terlalu setia sampai salah paham tentang kesetiaan itu sendiri. Karena udah punya cewek dan bermaksud setia sama cewek gue, gue jadi ngehindari berteman terlalu deket dengan cewek-cewek lain. Ya, hanya sebatas nyapa dan ngobrol-ngobrol singkat aja dengan cewek-cewek lain. Akibatnya, gue cuma punya sedikit banget temen cewek sampe sekarang karena temen-temen cewek gue nganggep gue cowok sombong. Tidaaaaaak!!! Kalian salah paham. Hahaa... Oke, It was my fault. I'll change it.

Dan sama dengan hasil gue di akademis, kisah cinta gue juga berakhir tragis. Gak perlu gue jelasin lagi lah. :(

Lainnya

Di bidang-bidang lain juga gitu, seperti misalnya gue pernah kerja sambilan waktu SMA yang hasilnya udah lumayan (buat beli gorengan), tapi karena terlalu serius, pengen cepat-cepat, gak bisa selow, hasilnya malah gak karuan sekarang. Gue malah berhenti sama sekali dari kerjaan itu dan yah, gak ada uang jajan tambahan lagi sekarang. :(

Kadang gue bingung, gimana caranya ngurangin kadar keseriusan dalam diri gue. Dengan kata lain, gimana gue bisa gunain keseriusan itu disaat yang perlu aja. Jangan over kaya sekarang dan yang udah lalu lalu. Gue terinspirasi dosen Pengantar Ekonomi 2 gue, Pak Prijono yang beliau itu santai banget, selow, guyon terus, gak pernah serius (beliau bilang), nakal banget waktu muda, tapi pencapaiannya luar biasa. Sumpah, yang seperti itu keren banget.

---

So, why so serious?

Comments

Popular posts from this blog

Download Ringkasan Materi Fisika SMA Kelas 1-3 Lengkap

Transportasi dari UI ke Soekarno-Hatta

Pengalaman Magang di Traveloka (Summer Intern)

Pengalaman Traveling ke Guangzhou, China

Jaga Kesehatan Anak Kosan